Senin, 08 April 2013


Keberhasilan Pada Hal Yang Pasti
Setiap pagi awali hari dengan semangat dan tersenyum J  untuk memulai aktifitas hari ini dengan kegairahan dan semangat untuk lebih maju dan untuk lebih sukses.  Kami provider outbound di malang
  akan menceritakan kegitan minggu yang lalu.
Keberhasilan pada Hal yang Pasti. Jelaslah, orang-orang dengan mindset berkembang akan berhasil ketika mereka mengembangkan diri. Kapankah orang-orang dengan mindset tetap akan berhasil? Ketika segala sesuatu dapat mereka raih tanpa susah payah.
Jika segala hal menjadi terlalu menantang ketika mereka merasa tidak cerdas atau berbakat mereka tidak tertarik lagi.
Saya menyaksikan hal ini terjadi ketika kami memerhatikan para mahasiswa kedokteran (pre-med students) selama semester pertama mereka dalam mata kuliah kimia. Bagi banyak mahasiswa, inilah yang menjadi tujuan hidup mereka: menjadi seorang dokter. Dan, inilah mata kuliah yang menentukan siapa yang akan menjadi dokter. Mata kuliah ini juga punya cakupan yang luas dan
sulit. Rata rata nilai pada masing-masing ujian adalah C+, bagi mahasiswa yang jarang mendapatkan nilai selain A.
Pada awalnya, sebagian besar mahasiswa sangat tertarik dengan kimia. Tetapi sepanjang semester tersebut, sesuatu terjadi. Para mahasiswa dengan mindset tetap masih tetap tertarik hanya ketika mereka mengerjakannya dengan lancar. Mereka yang menemui kesulitan menunjukkan penurunan drastis dalam hal ketertarikan dan kesenangan. Jika hal ini tidak menjadi bukti atas inteligensi mereka, mereka pun tidak dapat menikmatinya.
Semakin sulit ujiannya,’ tutur seorang mahasiswa, ‘semakin saya harus memaksa diri untuk membaca buku dan belajar guna menghadapi ujian tersebut. Saya memang tertarik dengan kimia sebelumnya, tetapi sekarang setiap saat saya memikirkannya, perut saya jadi terasa tidak enak.’ Sebaliknya, mahasiswa-mahasiswa dengan mindset berkembang tetap menunjukkan tingkat ketertarikan yang sama tingginya meskipun mereka mendapati pekerjaan tersebut sangat menantang. ‘Ini lebih sulit daripada yang pemah saya pikirkan, tetapi inilah yang ingin saya lakukan, yang justru membuat saya lebih bersemangat. Bila mereka mengatakan bahwa saya tidak bisa, ini benar-benar membuat saya tertantang.’  Tantangan dan ketertarikan berjalan secara berjalin-berkelindan.
Kami menyaksikan hal yang sama pada siswa-siswa yang lebih muda. Kami memberikan teka-teki yang menantang kepada siswa-siswa kelas lima. Teka-teki yang sangat mereka sukai. Tetapi, ketika kami menjadikan teka-teki itu lebih sulit, anak-anak dengan mindset tetap tidak lagi menunjukkan rasa senangnya. Mereka juga mengubah pikiran mereka dengan membawa pulang teka-teki tersebut untuk latihan. ‘Baiklah, kalian boleh menyimpannya. Aku sudah menyelesaikannya,’ dusta salah seorang anak.
Kenyataannya, mereka tidak dapat menyelesaikan teka-teki tersebut dengan cepat. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak yang sebelumnya merupakan pemecah teka-teki terbaik. Memiliki ‘bakat teka-teki’ tidak mencegah penurunan minat. Di sisi lain, anak-anak dengan mindset berkembang tidak bisa jauh dari masalah-masalah sulit. Inilah favorit mereka dan masalah-masalah inilah yang ingin mereka bawa pulang. ‘Dapatkah Anda menuliskan nama teka-teki ini,’ tanya salah seorang anak, ‘sehingga ibuku dapat membelikanku teka-teki lain lagi bila teka-teki ini sudah terpecahkan?’
Belum lama ini saya tertarik membaca kisah Marina Semyonova, seorang penari dan guru hebat dari Rusia, yang menemukan cara baru untuk menyeleksi siswa-siswanya. Ini merupakan cara pintar untuk tes mindset. Sebagaimana dituturkan oleh seorang mantan siswanya. ‘Pertama-tama, para siswanya harus bertahan menjalani periode percobaan sementara ia mengawasi untuk mengetahui cara Anda bereaksi terhadap pujian dan pembetulan. Mereka yang lebih responsif terhadap pembetulan dianggap layak diterima.’
Dengan kata lain, ia memisahkan siswa-siswa yang memperoleh kesenangan dari hal-hal mudah hal-hal yang telah mereka kuasai dari siswa-siswa yang memperoleh kesenangan dari hal-hal yang sulit. Saya tidak akan pemah melupakan saat pertama kali saya mendengar diri saya sendiri berkata, ‘Ini sulit. Ini menyenangkan.’ Saat itulah saya menyadari mindset saya berubah.
Terima kasih sudah bergabung bersama kami outbound di malang, semooga apa yang kami berikan bermanfaat bagi kita semua